Bismillah, Alhamdulillah wash-sholawatu wassalamu ‘ala Rasulillah Muhammad ibn Abdillah.
Tulisan ini sebagai catatan perjalanan saya mencari sekolah untuk kuliah S3. Tujuan menulis artikel (banyak artike, bisa jadi berseri) adalah sebagai penyemangat mental untuk diri sendiri yang akan test tahap ketiga beasiswa LPDP besok. Besok (4-6 Des 2018) adalah jadwal tes substansi (Verifikasi dokumen, wawancara dan FGD) untuk pelamar beasiswa LPDP LN khusus yang memilih lokasi di daerah Yogyakarta. Semoga bermanfaat bagi anda juga yang sedang / akan mencari beasiswa ke Luar Negeri pula.
Tujuan lainnya adalah berbagi pengalaman, siapa tahu bermanfaat secara teknis atau secara spiritual. Secara teknis maksudnya mungkin beberapa pengalaman saya mencari beasiswa yang bisa anda manfaatkan untuk ditiru. Secara spiritual maksudnya sebagai penyemangat anda, karena saya tidak lebih baik daripada anda, namun saya mencoba, dan kenapa anda tidak? Tidak ada denda bagi yang gagal mencoba. Hanya ada penyesalan bagi yang menolak untuk mencoba melangkah.
Jadi, langsung saja.
Apa persiapan yang diperlukan untuk mendaftar beasiswa LPDP? Bagaimana caranya bisa lolos sampai tahap ke-tiga ini?
Pertama-tama adalah nilai bahasa inggris yang memenuhi persayaratan LPDP. Tidak perlu khawatir tentang persyaratan bahasa inggris dari kampus tujuan. Yang kedua ini bisa diusahakan menyusul.
Sertifikat IELTS atau TOEFL IBT adalah syarat paling aman yang bisa anda persiapkan. Kalau anda punya 1 diantara dua ini maka anda sudah punya modal besar untuk mendaftar beasiswa LPDP untuk kategori manapun, tinggal nanti skornya saja yang menyesuaikan. Saya mendaftar Beasiswa Doktoral LN REGULER, dan syarat skornya paling menyeramkan lho. IELTS harus 7,5 dan IBT harus diatas 94. Saya pilih tes IBT dan mendapatkan skor 98 (alhamdulillah, selisih 4 skor dari syarat, hehe).
Apa bedanya IELTS dan TOEFL IBT? Bedanya itu menurut saya hanya persoalan selera saja. Tes pertama adalah produk UK dan tes kedua adalah produk US. See beda K dan S saja kan, hehe…
Produk Inggris itu speakingnya harus dengan orang secara langsung, kalau yang produk Amerika kita hanya perlu merekam suara dan nanti dikirim deh untuk dinilai. Bagian tes lainnya sama komposisinya ada reading, writing, dan listening.
Oiya ada lagi, kalau IELTS anda harus menjawab menggunakan tulisan tangan manual, sedangkan IBT menggunakan klik-klik mouse dan ketik-ketik keyboard saja (mirip CAT-nya CNPS gitu).
Biaya bagaimana? Kedua-duanya hampir mirip sama-sama sekitar 200$ (dollar lho ya, bukan rupiah). Waktu saya ikut test habisnya sekitar 3 juta rupiah, bergantung kurs dan keadaan.
Syarat-syarat apalagi? Berikutnya adalah SYARAT ADMINISTRASI harus benar-benar detail untuk dipenuhi. Jangan anggap remeh. Ingat-ingat, syarat administrasi adalah bagian seleksi tahap pertama. Sehebat apapun anda kalau tidak memenuhi syarat administrasi pasti tidak bisa melanjutkan ke tahap berikutnya.
Syarat administasi yang perlu persiapan lebih adalah surat kesehatan 4 macam (sehat jiwa, raga, bebas NAPZA, dan bebas TBC). Surat ini harus dikeluarkan oleh RS pemerintah minimal tipe C. Kalau anda tinggal di sekitar Yogyakarta anda bisa memanfaatkan RSUD Yogyakarta (Wirosaban). Buka senin-SABTU sampai pukul 12 siang. Proses untuk 4 surat itu tidak bisa satu hari jadi, khususnya yang TBC harus 3 hari kerja baru selesai. Jadi siapkan baik-baik ya. Jangan suka mepet-mepet waktunya.
Kenapa sih sekolah S3 keluar negeri?
Saya ingin melanjutkan S3 karena kebutuhan untuk berkembang di pekerjaan saya sekarang sebagai Dosen UGM. Harus diluar negeri karena ilmu yang saya tekuni berkembang pesatnya di barat sana, dan untuk bisa belajar saya harus mendekat ke sumber ilmu itu. Selain itu dengan sekolah di luar negeri saya bisa lebih banyak memberi manfaat kepada UGM, mahasiswanya dan juga kolega saya. Lulusan luar negeri dengan output publikasi berkualitas sangat diharapkan oleh institusi saya. Mahasiswa perlu melihat contoh langsung dan inspirasi dari dosennya. Kuliah di luar negeri membuka kesempatan untuk membangun jaringan yang bermanfaat bagi keberlajutan penelitan saya dan kolega-kolega saya di kampus. Ditambah lagi beberapa dekade belakangan ini jumlah dosen yang sekolah ke UK (negeri tujuan saya) sudah minim.
Jadi, ringkasnya alasan kenapa kuliah saya keluar negri diantaranya karena saya dosen UGM sekarang. Kalau saya adalah dosen dikampus swasta di daerah 3T misalnya, saya pikir tidak harus sekolah keluar negeri. Kampus di dalam negeri cukup bagi saya.
Selain itu kesempatan untuk berkembang pesat sangat besar. Selain fisika, saya bisa belajar bahasa inggris dari negeri asalnya, belajar menulis paper dengan baik, berkomunikasi dengan orang-orang dari berbagai macam negara.
Saya memilih kampus University College London sebagai tujuan. Alasannya karena ada profesor dengan bidang riset yang mirip dengan yang saya pelajari sekarang. kedua karena syarat bahasanya cukup masuk akal yaitu TOEFL IBT overall score 92, dengan syarat writing dan reading 24. Skor saya sekarang hanya kurang di writing yang baru 21 poin. Cukup masuk akal untuk dikejar.
Kenapa memilih London?
Pilihan saya terbatas oleh beberapa faktor, dan sisanya tinggal memilih Amerika, tokyo atau London. Saya tidak memilih amerika karena keadaan negaranya sekarang tidak bersahabat terhadap muslimin. Apalagi nama saya adalah Ibnu Jihad dan istri saya berhijab lebar, kadang bercadar. Piliha lainnya saja.
Saya lebih memilih London ketimbang tokyo karena kualitas kampus yang lebih baik dan kesempatan belajar bahasa inggris lebih baik. Saya sering mendengar orang-orang jepang tidak terlalu bagus berbahasa inggris.
(bersambung dulu ya, ternyata jadi panjang hehe)
About the author